ASSALAMU'ALAIKUM

Jumat, 20 September 2013

Takhrij Hadits

Takhrij al-Hasits
      A.  Pengertian Takhrij Hadits
Secara etimologis kata takhrij berasal dari kata kharraja yang berarti al-zuhur(tampak) dan al-buruz(jelas).[1] Sedangkan menurut Mahmud al-tahhan, takhrij memiliki arti ijtima amarain fi syaiin ahid (kumpulan dua perkara dalam satu masalah).[2]
Adapun menurut istilah atau terminologis takhrij ialah menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.[3] Syuhudi ismail juga memaparkan dalam bukunya bahwa takhrij hadits ialah mengemukakan hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan periwayatnya dengan sanad lengkap serta dengan penyebutan metode yang mereka tempuh. Inilah yang dilakukan para penghimpun dan penyusun kitab hadits, seperti al-Bukhari yang menghimpun kitab sahih al-Bukhari.[4]
B.   Cara Mentakhrij Hadits
Ada lima metode dalam mentakhrij hadits:
a.      Dengan mengetahui rawi yang pertama.
b.      Dengan mengetahui lafadz awal suatu hadits
c.       Dengan mengetahui sebagian lafadz, baik pada awal, tengah maupun pada akhir matannya.
d.      Dengan mengetahui tema hadits
e.      Dengan mengamati secara mendalam keadaan sanad dan matn
C.     Manfaat Takhrij Hadits:[5]
a.      Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab hadits dimana suatu hadits berada beserta ulama yang meriwayatkannya.
b.      Dapat menambah perbendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab hadits yang dirujuknya.
c.       Dapat memperjelas keadaan sanad. Karena dengan membandingkan riwayat-riwayat hadits yang banyak itu, maka dapat diketahui apakah hadits itu munqati’ , mu’dal, dan lain-lain.
d.      Dapat memperjelas kualitas suatu hadits dengan banyaknya riwayat.
e.      Dapat mengetahui komentar para ulama terhadap suatu hadits
f.        Dapat memperjelas kualitas hadits yang masih samar.
g.      Dapat mengetahui gharib al-Hadits, syaz dan illatnya.



[1] Lous ma’luf, fi al-Lughah wa al-Alam (Beirut: Dar al-Masyriq, t.t) hlm. 172; Ahmad Warson Munawwir, kamus al-Munawwir (Yogyakarta: pondok pesantren al-Munawwir, 1984) hlm. 356.
[2] Mahmud al-Tahhan, Usul al-takhrij wa dirasat al-asanid (Beirut: dar al-qur’an al-karim,1978) hlm.9.
[3] Mahmud al-Tahhan, Usul al-takhrij wa dirasat al-asanid, Hlm.12.
[4] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) Hlm.42.
[5] Abu Muhammad Abd Al-Mahd Ibn Adb Al-Qadir Ibn Abd Al-Hadi, Turuq Takhrij Hadits rasulillah saw.( Kairo: dar al-itisam, t.t. ) hlm. 11-14.

2 komentar:

  1. I've just blog walking on ur awesome site :D boleh tukeran link ? -niken TH 2010-

    BalasHapus